Menyelamatkan bayi kucing yang malang

Beberapa hari yang lalu, saya menemukan anak kucing di gudang belakang rumah. Nampaknya anak kucing itu baru beberapa jam di lahirkan. Saya berpikir, tega sekali induk kucing meninggalkan bayi kucing yang lucu dan tak berdosa ini. Tidak manusia, tidak hewan sama saja. Saya berfikir untuk mengadopsi anak kucing malang ini. Namun saya menemui kendala yang cukup rumit. Ternyata anak kucing yang baru lahir ini tidak mau makan. Saya berikan susu bayi, tetap tidak mau minum.

Di hari kedua saya masih mencoba memberikan susu dan makanan agar bayi kucing malang ini mau makan agar mendapatkan asupan untuk bertahan hidup sembari saya letakkan di tempat semula dengan harapan induk bayi kucing ini mengambil dan merawat anaknya. Namun harapan saya sia-sia. Bayi kucing malang ini tetap tidak bisa menemukan ibu nya. Upaya saya di hari kedua ini untuk memberi susu dan makanan kepada bayi kucing kali ini sedikit saya paksa. Saya buka mulutnya agar susu bisa masuk. Meskipun tetap tidak mau meminum susu, namun paling tidak ada sedikit yang masuk ke perutnya. Saya sudah mencoba mengganti susu, namun hasilnya sama saja. Bayi kucing itu tetap tidak menyukai susu untuk manusia nampaknya. Dia tetap menginginkan ASI dari ibunya yang kini meninggalkannya entah kemana. Saya betul-betul bingung saat akan meninggalkannya, saya kenakan selimut hangat sambil saya berdoa agar ibunya datang menjemputnya.

Hari ketiga di pagi hari, saya merasa cemas ketika saya tak mendengar lagi tangisan si bayi kucing malang. Saya bergegas mendatangi tempat dimana saya taruh bayi kucing tersebut di dalam kardus. Saya kaget, saya tak mendapati bayi kucing itu di dalam kardus. Pikiran-pikiran buruk berkecamuk. Saya menoleh ke kanan ke kiri mencari jejak si bayi kucing malang. Akhirnya saya mendapatinya di bawah tumpukan kayu, dengan posisi terdiam dan lemas. Ingin sekali rasanya ak peluk bayi kucing malang itu. Saya mencoba mendekati setengah saya kagetkan, namun ia tak  merespon. Saya periksa lebih dekat, si bayi kucing masih bernafas. Namun sangat lemas tak berdaya. Maklum saja dia kekurangan nutrisi, dan energinya habis untuk menangis memanggil-manggil ibunya.

Sampai akhirnya saya sedikit lega ketika tiba-tiba si bayi kucing memberi respon dengan bersuara. Seketika saya panggil keponakan saya yang kebetulan juga menyukai kucing. Saya minta dia untuk memaksa membuka mulut si bayi kucing untuk saya minumkan susu dan memakan telur. Alhamdulillah kali ini dia mau minum, dan makanan juga mau masuk. Setelahnya saya pindahkan dia ke tempat yang terpapar sinar matahari pagi supaya badannya sedikit hangat dan segar. Di siang dan sore nya saya tetap memaksakan si bayi kucing malang untuk meminum susu.

Saya memiliki motivasi baru kali ini, yang berkaitan dengan nurani. Titah murni kita sebagai manusia yang katanya makhluk berakal. Motivasi sederhana yang bisa bermanfaat bagi sesama makhluk hidup. Saya ingin menyelamatkan bayi kucing malang itu. Bukankah dia juga makhluk Tuhan. Bukankah Rasullullah Muhammad SAW juga menyayangi kucing. Saya berfikir apakah trend manusia juga terdengar sampai di dunia para binatang. Trend buruk yang lagi marak dimana-mana, yakni bayi tak berdosa yang sengaja dibuang orangtuanya karena merupakan anak hasil hubungan gelap di luar nikah. Saya tetap meletakkan bayi kucing yang malang ini di tempat dimana ia pertama kali saya temukan, dengan  harapan Ibu bayi kucing ini kembali menjemput dan merawat bayi kucing yang malang ini. Jika tidak, semoga bayi kucing yang malang ini bisa bertahan hidup hingga ia kelak bisa mencari makan sendiri. Dan tentu saja dengan campur tangan Tuhan.

No comments

Silahkan anda berkomentar, namun tetap jaga kesopanan dengan tidak melakukan komentar spam.

Powered by Blogger.